Selasa, 16 Juni 2020

Kamu

       Teruntuk kau jodohku nanti, jodoh idaman yang selama ini ku tunggu, yang sekian lama aku doakan secara langsung setiap saat, dalam dekapan bibir dhohir maupun bathin. Siapapun dirimu saat ini, InsyaaaAllah ku yakin kaulah yang terbaik. Kaulah pilihan akhirku, setelah harus berapa banyak aku mengabaikan, menolak, membiarkan begitu saja harapan, menunggu dari luar, semua demi kamu, karena doamu yang selalu meminta agar aku disendirikan terlebih dahulu, sebelum akhirnya kau ucapkan ijab qobul siang tadi. Aku mencintaimu, terimakasih atas segalanya. 

       Terimakasih telah memilihku, memperjuangkanku, menstart kembali mulai dai 0, dari titik terendahmu, hanya untuk berakhir demi mendampingi seumur hidup aku, kamu, menjadi kita. Terimakasih atas segala kegigihan, semangat juang, doa dan penjagaan, semoga barokah. Aku mencintaimu, walaupun rasaku sudah beda, tak sama lagi seperti awalku tahu kamu, lebih muncak sekarang, terimakasih sayang. Alhamdulillah, semoga kau yang pertama dan terakhir. 

Senin, 11 Mei 2020

Dengan segala

Dengan segala bentuk curahan hatiku, di sini aku menanti yang terbaik, entah nantinya itu dirimu atau yang lain. ya Robb, izinkan hamba berdoa, bila memang itu dia izinkan kami untuk sama sama berubah memprbaiki kualitas masing-masing, bila memang bukan maka pertemukanlah dengan yang sama sefrekuensi secepatnya. 

Minggu, 29 Maret 2020

Dengan Segala Keadaan

     Sampai detik ini sudah kesekian kalinya hubungan tiada kejelasan dengan Fe, walaupun bublic tau, akibat kecerobohanku, mungkin ku kira semuanya hingga saat ini sia-sia saja.

Jumat, 27 Maret 2020

Bukan Mudah

         Bukan mudah bagiku untuk melepasmu begitu saja, walaupun samapai detik ini aku masih belum faham tentang bagaiman kesungguhan dan keaslianmu padaku tentang semua rasa. Sampai detik ini yang ku rasakan runyam, nestapa, tiada kepastian harusnya bagaimana dan apa.

       Memang kau menstatemen diantara kita tiada apa-apa, namun tidakkah kau sadar kita sering bersama, chatting dls, lantas kau anggap apa aku?, aku kecewa akanmu, kemaren aku sudah berusaha baik walaupun terkesan meribetimu, tapi untunglah ditengah kesibukanmu apa, masih ada dan mau memberi kabar, tidak seperti diriku yang memilih untuk pergi begitu saja. Alasan kenapa aku melakukan ini semua, sesungguhnya itu semua jawabanku padamu, aku kecewa padamu, sangat kecewa atas ketidak adaanmu untukku. Aku sehari kemaren sudah berusaha selalu menghubungimu, namun apa, kau acuh. Kau kemana di saat aku yang butuh?, kau pergi dengan sesuka hatimu kau tiada bersamaku, aku lelah aku benci kamu.

        Memang kita tiada apapun, apa karena faktor rutinitas dan kelakuanku yang tak menentu, terkadang aku ingin bersmamu dan memilikimu, namun kau tidak, betapa sia-sianya hidupku.

        Bukan mudah bagiku memutuskan suatu perkara, jika aku sudah mengatakan merah biarlah menjadi merah selamanya, aku tak peduli, untuk apa aku peduli toh kenyataanya kau juga tak pernah peduli akanku. Keputusanku sudah bulat ada sudah bertekad tak ingin lagi menghubungimu untuk ke sekian kalinya. Meskipun hingga detik ini aku masih ada rasa akanmu, namun sepertinya kau acuh, dan kau malah menyarankanku untuk meninggalkanmu. Sejuta bahasa sudah terlontarkan dari segi tulisan dan lisan langsung dariku, namun satupun tiada persamaan kata darimu untuk membuatku sedikit saja memiliki rasa bahagia, dari segi apapun, dan lebih baik kutinggalkanmu dengan segala apapun yang sudah.

         Bukan mudah pula bagiku, melepaskanmu dengan segala konsekuensi rasaku, namun apalah daya, kau tak pernah peduli, untuk apa aku mengungkapkan semua, kalau akhirnya kau hanya acuh tak acuh.

         Dari awal kita bisa disebut bersama, tapi sepertinya itu hanya halu saja bagiku, dan kau acuh, kau tak peeduli, bahkan tak pernah peduli, entah apkah aku hanya pelampiasanmu saja. ya Allah, ya sudah lebih baik aku dan meinggalkanmu selamanya dan tiada lagi yang mesti harus kita bahas dan teruskan, karena kenyataannya kebahagiaanmu bukan padaku. Lebih baik aku pergi.
         

Kamis, 26 Maret 2020

Awal mondokku

     1 bulan sebelum masuk sekolah, kami sudah menjadi santri baru Islahiyah. Awal aku berangkat ke pondok, aku bahagia banget akhirnya aku bisa keluar rumah, sudah sejak kecil aku ingin mondok baru keturutan sekarang, bahagia banget rasanya, dan aku gak nangis, pada waktu itu mbak keponakanku iku nganterin dan natain lemari. Pokoknya oh bahagia banget aku waktu itu, yang waktu dipasrahin ke dalem, ketemu Almaghfirullah bu Nyai Hasbiyah, kata beliau oh cucu mau lanjut di sini, semoga jadi orang yang sukses, bahagia juga beliau melihat aku mondok. Begitupun diriku, rasanya pingin langsung dapet temen-temen baru yang buanyak, sueneng banget aku dulu. Akhirnya habis nata lemari, langsung orangtuaku ku suruh pulang, aku ingin cepat-cepat bebas bersosialisasi di pondok. Akhirnya aku di kasih uang 1 juta buat simpenan, 500 buat jajan, udah bahagia banget zaman itu. Akhirnya saliman langsung aku di tinggal.

        Di kamar aku berkenalan dengan teman-temanku, saling tanya nama danem dulu, terus sekolahnya di mana. Dan akhirnya dulu nemuin 3 temen dekat namanya ima anak prob, Zahro anak Tumpang, dan Dewi Fikria asli Malang. Waktu itu kami ke mana-mana berempat, makan berempat ke kamar mandi berempat, jajan berempat, aku yang terdekat sama Zahro sih, kita dulu sering di jenguk, nanti kalau aku di kirim kita makan bersama kalau dia yang dikirim kita makan bersama.

         Penjengukan di pondokku 2 minggu sekali. Dua minggu aku mondok baru dijenguk sekali, waktu itu yang jenguk aku ibu, mbak dan mas.

       
         Oh ya aku dulu punya teman almarhumah namanya islamiyah siapa aku lupa, lahal fatihah. Dulu seingetku alharhumah orangnya baik.

Perbedaan Latar Belakang Versi 1 Sejarahku

       Setiap manusia sudah merasa benar dengan apa yang telah ia pilih. Pada detik ini aku sudah berusaha menjadi versiku selurus mungkin, tanpa ada kata membenci siapapun.

        Sesuatu yang telah aku lakukan pada waktu masih MTs bukan sepenuhnya sesuatu yang hina bagiku. Setidaknya dari pengalaman itu hari ini aku sadar, jika hidup di atas tak selamanya harus di atas. Saat itu yang notabenku adalah seorang putri dari pemilik yayasan, posisiku waktu itu biasa disebut ning. Orangtuaku adalah pemilik sekaligus pengasuh yayasan, sekolah dan pondok tempat aku berada.

       Tak pernah ku maknai takdirku sebagai sesuatu yang hina, walaupun pada detik itu aku sudah fatal dengan kembali ke rumah. Tapi tak sepenuhnya pilihanku apa yang dijalankan Allah fatal dan buruk.

        Aku dulu sangat menyayangi kakakku cowok, ku rasa saudaraku hanya dia. Setiap apa yang dia sukai, apa yang dia miliki aku suka apapun itu, apa yang dia pilih aku suka, dan kebahagiaanku sejak kecil adalah memiliki barangnya meskipun tidak baru lagi, dari kecil contoh hidupku masku.

        Oh ya, waktu MA masku dulu disekolahkan n dipondokkan di Jombang, tepatnya di Al-Muh*** salah satu pondok rating teratas waktu itu. Orangtuaku memang tidak tanggung-tanggung dalam menyekolahkan anaknya terutama yang satu itu, karena merasa bahwa dialah pokok penerus pimpinan yayasan. Namun sayangnya masku tak mampu menjadi tombak itu hingga akhirnya entahlah hidupnya belum jelas hingga sekarang.

          Akibat apa yang dipilih mas dan disukainya aku sukai juga, besar keinginanku untuk melanjutkan sekolah di Jombang juga. Hingga akhirnya ketika pengumuman nilai UN MI keluar, kepsekku bertanya kepadaku 'kamu mau melanjutkan ke mana', ku jawab ke Jombang kalau tidak Singosari, mbakku alumnus Singosari soalnya. Sebenernya dua minggu sebelumnya orangtuaku sudah merayuku untuk melanjutkan ke Singosari saja, Jombang telalu jauh kata ibuk, 2 minggu aku nangis berturut-turut akibat itu. Stres tertekan rasanya, gak suka aku.

          2 minggu setelah nilai UN keluar, ajaran barupun di mulai. Orangtuaku langsung mengajak aku ke Singosari langsung menuju Maarif 1, di sana aku dirayu oleh ibukku udah di sini aja lebih dekat, sangat berat hati aku mengatakan ya, kata abahku ya udah di sini liat aja dulu gak apa-apa nanti kalau gak cocok habis ini langsung kita liat ke Jombang. Dengan rasa kecewaku, gara-gara rayuan ibuku, mbakku nanya aku gimana di sini aja, bayarnya 1350 harus langsung cass biar bisa dapet kain seragam, akhirnya ibukku langsung mengeluarkan uang, iya di sini aja gak papa ya, dengan terpaksa aku mengiyakan. Akhirnya dibelikanlah aku seragam. Yah gak jadi ke Jombang.

          Setelah itu orangtuaku mengajakku berkeliling melihat pondok yang ada di Singosari, awalnya kami mampir ke NH, di sana jam pagi sedang diniyah, jadi kami hanya bertemu pengurusnya sebentar lalu ditinggal, soalnya pada ngaji semua. Akhirnya kami menuju pondok mbakku dulu, Islah di sana pengurusnya waktu itu mbak Aqid dan mbak Lely ramah mbaknya, mbaknya memberi opsi kelonggaran kepada kami, iya buk di sini banyak pondok, silahkan jika mau milih-milih dulu. Tapi ya lagi-lagi zaman dahulu mondokku itu karena terpaksa mbak dan ibukku, jadi mau tak mau aku mengiyakan lagi, akhirnya aku say yes mau mondok di situ, tempatnya lebih bersih daripada NH, lalu kami berkeliling pondok, kata mbakku, sekarang sudah beda ya, dulu ini kamarku sekarang sudah jadi kantor katanya.

          Aku ingat dulu waktu aku kecil, waktu sering njenguk mbak di pondok, kan dulu kasurnya ranjang susun, aku dulu sempat bathin ingin mondok di sana. Eh keturutan pas MTs itu.

Rabu, 25 Maret 2020

Aku Masih Ada

      Entah atas dalih nafsu, ambisi atau apa, kalimat yang tepat untukku padamu. Kau curang, kau menggantung semua rasa ini pada satu patokan wallahu a'lam dan taqdir, sedangkan aku apa, setiap hari jutaan untaian kata beserta perasaan tiada henti ku lalui dna kurasakan.

       Aku tak faham ini apa, mengapa tak pernah aku membencimu, walaupun berjuta kata telah kau ungkapkan?, sebenarnya kau apa, ya Allah, aku lelah aku capek. Berjuta macam lelaki sudah ku coba menyamaratakan hati tanpa ku pernah pandang status orangtuanya. Entah apakah karena aku belum menemukan jodohku, ataukah hanya kau saat ini yang sengaja ditaqdirkan mengisi kekosonganku.

         Harus kepada siapa, sekian tentang apa yang sudah aku rasakan, hanya kau. Kau, dan belum ada yang lain hingga detik ini. Walaupun secara logika, kau masih belum sempurna dan jauh dari identitas pokok kriteria, namun apa yang aku rasakan kebahagiaan pada titik bersamamu, membuatku lupa akan identitas kriteria. Aku rindu, rindu menggebu ingin bertemu, tanpa ada pemisah antara kita. Salah, rasa ini, entah harus dengan tulisan dan model jujur apa yang harus aku katakan padamu, baik kewat sosial media maupun langsung, aku kecewa dan kau tau. Entah, mengapa sengaja kau gantungkan ini.

           Entah disebut komitmen atau apa tentang persaan dan kata kita itu. Entah aku tak mampu memilihkan diksi apa yang tepat dan sesuai dengan kemauan dan cerita kita. Jika aku katakan ini pada orang lain, pasti aku disuruh menegasimu, tapi untuk apa kulakukan itu semua. Lagian aku belum butuh juga, yang jelas sampai detik sekarang, terimakasih karena kau sudah mau rame denganku, yang pembahasannya kadang tidak jelas dan tanpa ujung.

           Modelnya diantara kami, sebenernya ini masuk komitmen, kami tidak pacaran namun ada usaha untuk memperjuangkan dan mempertahankan, tanpa ada titik keraguan.

           Dulu sempat aku berbelok pada berbagai macam lelaki yang bahkan secara kasat sangat lebih darimu, tapi entah mengapa apakah ini taqdir Tuhan atau cobaan kita, yang hingga detik ini dunia ini masih terasa antara aku dan kamu masih dekat.

           Ku rasa kau sangat takut jika harus berpacaran denganku apda detik kemaren, namun komitmen saja sudah lumayan ku rasa cukup dan bisa dipertanggung jawabkan keberadaannya. Yang penting aku sudah mendapatkan jawaban langsung darimu, tentangmu yang akan berjuang memenuhi segala expeitasiku yang telah ku sebutkan padamu. Terimakasih. Tapi entah nanti bagaimana, apakah tetap bersamamu ataukah orang lain lebih baik, yang jelas hidup terus bertahan dan jalani dulu apa yang ada, tanpa ada paksaan dan ngalir perlahan namun pasti, be better, sisanya Wallahu a'lam.